cerpen Remaja by Ayu Andhira Suwondo

fIKSI

28 Oktober Di Bulan Bahasa

 

Pagi ini adalah pagi yang cerah. Sang surya

bersinar hangat dengan suasana sejuk pagi yang membuat tentram. Semangat baru berkobar dari dalam diri manusia yang tinggal untuk memulai hari, terpancar dari jalanan yang kian padat oleh kendaraan. Dengan niat dan tujuan masing masing melangkah kan kaki

keluar rumah memulai keseharian.

Dhira, gadis berusia 14 tahun yang merupakan siswi SMP Negeri 3 Kab.Tebo pun juga sudah siap memulai hari nya di sekolah. Ia siap lebih awal dari hari-hari biasanya, karena kelas nya mendapat jadwal piket umum di sekolah. Tentu saja dia bangun lebih pagi agar tidak melewatkan sarapan nya. Dhira ke sekolah dengan diantar oleh ibu nya atau kakeknya. Hari ini sepertinya ia akan diantar oleh ibunya.

Sembari menunggu ibunya bersiap mengantarkan nya ke sekolah, ia melihat ke arah jalan yang lumayan lengang dan berkabut tipis.

“Kayanya nanti siang bakal panas banget deh” monolog Dhira sembari memetik bunga bougenville dan memainkan nya, mengusir bosan.

Setelah menunggu beberapa saat, Dhira pun berangkat menuju SMP Negeri 3 Kab.Tebo. Tak terasa waktu berlalu, Dhira bersenandung kecil di sepanjang jalan dari rumah sampai memasuki gerbang sekolah dengan rona ceria menghiasi wajahnya. Angin bertiup pelan, daun pohon melati bergoyang di taman. Dhira melanjutkan langkah nya menuju gedung kelas pertama lantai 2 yaitu kelas 9A dengan langkah kaki lambat menikmati suasana pagi hari. Namun saat tiba di kelasnya, hanya dinding yang menyambutnya.

Sepi, kelas nya benar-benar sepi. Sedikit menghela nafas, Dhira menuju tempat duduk nya. Hening di dalam kelas membuat mood Dhira perlahan menurun. Mencoba mengabaikan hening yang bersarang, Dhira menyambar sapu ijuk, dan mengambil ember serta keperluan kebersihan lain nya. Ya, ia tentu tidak lupa mendapat jadwal piket hari ini. Dhira mulai dengan membersihkan bagian dalam kelas, kemudian dilanjutkan dengan teras sendirian.Saat membersihkan teras, teman sekelas Dhira mulai berdatangan.

Salah satu teman laki-laki Dhira yang juga mendapat giliran piket hari senin yaitu Dias.

“Dhira maaf ya telat sedikit hehe” Ucap Dias dengan cengiran andalan nya.

“Iyaa, gak papa. Ambil air dulu deh, sama turunin kursi nya ya sambil nunggu yang lain datang” Ucap Dhira melanjutkan membersihkan bagian yang lain. Dias mengambil air dan menurunkan kursi-kursi di kelas.

Akhirnya setelah beberapa saat, Dhira dan anggota piket yang lain telah menyelesaikan piket kelasnya. Tak lupa bahwa hari ini mereka mendapat giliran piket umum, Dhira dan teman- teman sekelas nya yang sudah hadir langsung mengambil alat kebersihan dan mulai membersihkan area sekitar sekolah. Dhira bersama dengan teman nya yang bernama Lia menyapu halaman depan laboratorium komputer sembari mengobrol.

“Dhira, kamu tahu tidak? Aku sebenarnya sedikit kasihan pada siswa yang ikut lomba hari Kamis tanggal 28 Oktober besok. Sekarang sudah tanggal 25 Oktober, berarti yang lomba besok cuma punya waktu kurang lebih 3 hari untuk latihan. Bukankah itu terlalu sebentar? ” Cerita Lia dengan nada murung.

“Iya ya. Engga bisa di undur ya? Jadi hari Sabtu misalnya. ” Tanya ku pada Lia, karena Lia adalah sekretaris OSIS.

Sekolah Dhira akan mengadakan lomba dalam rangka memperingati bulan bahasa dan hari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober nanti. Informasi ini sudah terdengar oleh beberapa telinga siswa karena sebenarnya berita ini rencananya baru diumumkan hari ini. Namun karena Dhira anggota OSIS, maka Dhira tentu sudah tahu informasi ini lebih dulu karena sudah didiskusikan oleh anggota OSIS beberapa hari yang lalu.

” Engga bisa, soalnya sudah disetujui hari Kamis saja. Poster nya juga sudah jadi, tinggal di tempel di mading kelas. Seperti nya aku ikut cabang lomba cerpen ” Kata Lia menjelaskan.

“Oo, begitu ya. Semangat buat kamu” Kata Dhira menyemangati. Dan mereka pun melanjutkan menyapu halaman.

Detik jarum jam terus berjalan, menit juga sudah berganti. Sekarang sudah jam mata pelajaran terakhir. Semangat yang membara di pagi hari tadi, hilang sudah menguap entah kemana. Anak kelas 9A sedang melaksanakan ibadah sholat dzuhur di Mushola sekolah. Panas yang begitu terik menyengat kulit, membuat gatal di kepala. Rasanya ingin mencelupkan kepala ke dalam air.

Beberapa saat kemudian usai menyelesaikan ibadah sholat dengan wajah yang lebih segar dari sebelum nya, Dhira dan teman sekelasnya kembali ke kelas. Guru mata pelajaran mereka, sekaligus wali kelas 9A ternyata sudah berada di kelas lebih dulu.

Dhira segera duduk di bangku nya bersiap untuk belajar kembali.

“Dhira, bisa bicara sebentar? ” Tanya Bu Yusra, wali kelas Dhira.

“Bisa bu, ada apa ya? ”

“Kamu ibu pilih jadi perwakilan cabang lomba story telling untuk hari Kamis tanggal 28 Oktober besok mewakili kelas 9A ya, bisa kan nak? ” Tanya Bu Yusra.

Dhira sedikit kaget karena tiba tiba ditunjuk sebagai perwakilan kelas. Namun karena sudah diberi kepercayaan oleh Bu Yusra untuk mewakili kelas, maka Dhira pun menyetujui nya.

“Insyaallah bisa Bu, saya akan berusaha sebaik mungkin” Jawab Dhira.

Bahasa Inggris ya? Dapat dikatakan bahwa Dhira memang sangat menyukai mata pelajaran bahasa Inggris. Dapat menggunakan bahasa asing itu sangat menyenangkan bagi Dhira. Menjadi perwakilan dalam lomba story telling membuat Dhira gugup sekaligus bersemangat. Apakah ia bisa melewatinya? Atau akan kesulitan?

Itulah yang ada di benak Dhira pada saat ditunjuk menjadi perwakilan Kelas.

Waktu kembali berjalan. Lima menit lagi akan datang waktu yang sangat ditunggu tunggu oleh seluruh siswa siswi di sekolah. Tentu saja, itu adalah waktu pulang. Waktu dimana siswa dan siswi akhirnya dapat merebahkan diri dan melepas penat selepas melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah. Begitu pula Dhira yang juga menantikan waktu pulang sekolah.

Memikirkan lomba yang terbilang mendadak ini membuat Dhira banyak menghela nafas.

Bagaimana tidak? Dhira hanya punya waktu 3 hari untuk menghafal teks cerita yang akan di tampil kan nya. Jadi dia benar-benar harus pintar memanfaatkan waktu luang untuk menghafalkan teks ceritanya.

Sore tepatnya sehabis ashar, teman Dhira dari kelas 9E dan 9C mengajak Dhira mencari makan di luar sambil refreshing dan mencari ketenangan. Dhira memanfaatkan waktu untuk mencari cari informasi tentang story telling. Mulai dari gestur dalam penyampaian nya, pengucapan nya, serta nada bicara Dhira perhatikan dengan benar-benar.

“Dhira, kamu lagi nonton contoh story telling di youtube ya? Susah ngga sih? Mana pas dialog malah kaya drama gitu nadanya, aduh besok aku bakal gimana ya” Ujar teman Dhira dari kelas 9E yang bernama Dilla.

Dilla juga terpilih menjadi perwakilan lomba story telling oleh kelas nya. Sedangkan teman Dhira dari kelas 9C bernama Chelsea. Ia tidak terpilih menjadi perwakilan kelas untuk lomba, namun ia ikut-ikut saja mencari angin katanya.            “Kayaknya emang gitu deh Dill. Gimana ya, maksud nya biar dapat gitu emosi atau suasananya emang harus gitu.” Jawab Dhira menatap Dilla sebentar kemudian terfokus lagi ke layar.

“Duh, untung aku ga kepilih perwakilan lomba. Lihat kalian kayaknya pusing banget deh. Semangat ya kalian berdua!” Ucap Chelsea menyemangati Dhira dan Dilla.

Ia sebenarnya ingin tertawa melihat ekspresi teman nya yang menurutnya melas itu. Tapi ia merasa kasihan juga pada Dhira dan Dilla, dengan waktu 3 hari harus menghafalkan teks, gestur dan cara penyampaiannya. Tapi Chelsea percaya pada teman teman nya.

‘Mereka pasti bisa’ ujar Chelsea dalam hati.

Malam nya, Dhira tidak sempat menghafalkan teks ceritanya yang berjudul sawah Putri Tangguk atau dalam bahasa Inggris menjadi Putri Tangguk rice fields. Ia harus mengerjakan tugas- tugas nya yang belum selesai dan harus dikumpulkan keesokan harinya.

Hari berganti, pagi kembali datang menyapa dengan suasana yang sedikit berbeda. Cuaca pagi ini sejuk, namun lebih sejuk dari kemarin. Sinar matahari bersinar malu di balik kabut remang di kulit.

Dhira menyambut pagi ini dengan segelas susu hangat di meja belajar. Hari ini Dhira memutuskan untuk meminta bantuan salah satu guru bahasa Inggris terfavorit nya untuk membantunya menghafal dan membenarkan pengucapan nya dalam bahasa Inggris. Ia sudah bertekad untuk meminta bantuan karena tidak percaya diri pada pengucapan nya.

Namanya Bu Mira Susanti atau kerap dipanggil Mom Mira merupakan guru bahasa Inggris kesukaan Dhira. Pembawaan nya dalam mengajar, dan cara ia menjelaskan pelajaran adalah yang Dhira suka. Ditambah juga bahasa Inggris adalah pelajaran yang sangat disukainya, jauh dibandingkan matematika.

Dhira menyeruput susu coklat hangat nya sembari membaca kembali teks ceritanya dengan seksama. Dia benar memperhatikan detail detail tanda baca agar mengetahui nada baca nya yang benar. Setelah menghabiskan susu coklat hangat nya, Dhira berangkat ke sekolah dengan senyum. Kata ibu segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Jam pelajaran pertama Dhira mata pelajaran IPA. Dhira mengeluarkan buku cetak dan buku tulis nya. Ia lupa bahwa ada resume yang harus dia kerjakan. Dhira menghela nafas, baru saja ia merasa bahwa pagi ini ia bisa bersantai sebentar bercerita dengan teman, ternyata ada tugas yang belum ia kerjakan.

Mom Mira mengajar di kelas Dhira pada jam pelajaran terakhir. Seusai jam belajar mengajar atau KBM, Dhira akhirnya berbicara kepada Mom Mira untuk meminta bimbingan.

“Permisi Mom, saya mau minta waktunya sebentar.”

“Saya terpilih jadi perwakilan story telling dari kelas 9A. Kalau Mom ga keberatan, saya boleh nggak minta bimbingan Mom? Saya mau membenarkan pengucapan saya mom.” Ucap Dhira meminta izin.

“Boleh, kalau Dhira mau datang aja ke perpustakaan. Nanti mom ajarkan” Jawab Mom Mira sambil tersenyum.

“Terima kasih mom. Saya datang pas jam istirahat aja, biar ga ganggu jam mengajar mom Mira. Sekali lagi Terima kasih mom” Ucap Dhira membungkuk sopan.

“Iya Dhira, sama sama. Mom duluan ya, see you” Ucap Mom kemudian pergi.

“Iya mom, see you” Dhira lega karena mom Mira mau mengajarkan nya. Dhira menjadi sedikit lebih tenang mendengarnya.

Yang ada di kepala nya saat ini adalah properti yang akan digunakan. Untuk busana, wali kelas Dhira yaitu Bu Yusra sudah meminjam kan nya dari sekolah. Bu Yusra juga sudah memberi tau properti apa saja yang sebaiknya dibawa. Dia butuh ilustrasi gambar untuk lebih merealisasi kan peran nya sebagai putri Tangguk. Ia sudah membicarakan ini dengan Lia dan Rara. Lia bilang dia akan membantu Dhira untuk print gambar yang Dhira perlukan sebagai properti dan Rara akan menemani Dhira di rumah Lia.

Benar prediksi Dhira, ia akan sibuk 2 hari ini. Selain terpilih menjadi perwakilan lomba secara mendadak, ia juga tergabung dalam keanggotaan OSIS. OSIS berperan penting dalam jalan nya Acara pada tanggal 28 Oktober esok. Mulai dari persiapan ruangan dan kepanitiaan. Semua anggota OSIS mendapat bagian kepanitiaan masing-masing.

OSIS mengadakan rapat untuk mendiskusikan tugas kepanitiaan dan membagi ruang yang akan digunakan. Dhira tergabung dalam kepanitiaan lomba puisi yang rencananya akan diadakan di laboratorium IPS. Tempat itu kondisi nya kosong karena belum pernah sekalipun terpakai sejak dibersihkan terakhir kali saat Dhira masih duduk di bangku kelas delapan. Tentunya kotor dan berdebu, jadi Dhira dan teman teman nya harus membagi tugas agar pekerjaan nya cepat selesai.

Usai rapat OSIS, Dhira bergegas menuju gerbang karena ibunya sudah menunggu sedari tadi. Dhira lupa bahwa ia ada rapat dengan anggota OSIS sepulang sekolah yang artinya ia akan pulang lebih lambat dari biasanya. Dhira benar-benar merasa tidak enak karena membuat ibunya menunggu terlalu lama.

“Hehe, maaf Dhira lupa bilang kalo pulang telat” Ucap Dhira dengan kekehan kecil kepada ibunya.

Ibu yang melihat nya hanya memutar matanya malas. Dhira selalu begitu, dia akan merajuk jika dijemput terlambat. Tapi dia tidak masalah jika dirinya yang terlambat, kadang membuat ibunya kesal menunggu.

“Iya. Dah hampir setengah jam ibu disini kamu nya ga keluar-keluar. Ngapain dulu tadi? ” Tanya ibu kepada Dhira.

“Itu, Dhira tadi ada rapat OSIS dulu sebentar jadinya lama. Maaf yaa, ibu bajunya cantik deh hehehe” Ucap Dhira lagi membujuk ibunya agar tidak marah.

“Terserah Dhira aja, ayo pulang udah jam 2 lewat” Ucap ibu Dhira. Mereka pun pulang kerumah.

Keesokan harinya, Dhira dan teman-teman Dhira yang sesama anggota OSIS izin untuk tidak mengikuti pembelajaran karena harus membersihkan ruangan yang akan digunakan untuk lomba besok. Dhira membersihkan labor IPS bersama dengan Rara, Nadine,dan beberapa orang lainnya. Kurang lebih mereka sudah membersihkan ruangan tersebut dalam waktu 2 jam. Termasuk lama, karena mereka juga mendekor ruangan kosong tersebut agar terlihat lebih nyaman untuk dipakai.

Saat mereka hampir selesai mendekor ruangan, Pak Ainul guru yang turut bertanggung jawab atas OSIS dan acara lomba ini datang untuk melihat ruangan yang sudah dibersihkan.

“Hm, ini buat ruang lomba puisi besok ya? ” Tanya Pak Ainul selaku guru yang turut mengarahkan anggota OSIS.

“Iya Pak, ini untuk ruang lomba puisi besok. Bagaimana dekorasi nya pak? Udah sesuai atau mau ditambah lagi dekorasi nya pak? ” Jawab Tiara dengan meminta pendapat kepada Pak Ainul.

“Hm, ini sudah bagus kok. Sudah pas ga terlalu rame juga. Ya sudah kalo gitu, beli minum aja sana. Istirahat dulu” Ucap Pak Ainul kemudian pergi.

Beberapa saat kemudian, usai sudah kegiatan membersihkan dan mendekorasi ruang untuk lomba puisi. Beberapa teman Dhira telah kembali dari kantin setelah membeli minuman kemasan. Sungguh segar rasa nya, beberapa dari mereka berbaring di atas karpet yang telah dibentang. Panas nya hari ini sangat terasa, untungnya laboratorium IPS luas dan banyak ventilasi udara sehingga di dalam nya tetap terkena angin sepoi yang sejuk.

Tak terasa sudah jam pulang saja. Sangat lelah tentunya, hari ini Dhira harus sudah ngeprint properti untuk lomba dan Dhira juga diberitahu oleh teman nya mereka mendapat tugas berkelompok dan harus dikumpulkan besok. Dhira memutuskan untuk memikirkan nya nanti malam, Dhira rencananya sore ini akan pergi ke rumah Lia bersama Rara untuk ngeprint properti yang ia perlukan. Rara tiba di rumah Dhira setelah ashar, mereka pun langsung pergi ke rumah Lia.

“Assalamu’alaikum Lia. Ini Dhira sama Rara” Ucap Rara memanggil Lia barangkali ia sedang berada di dapur, karena pintu rumah Lia terbuka.

“Waalaikumsalam, masuk dulu sini. Duduk di karpet itu, tunggu bentar ya” Ucap Lia kembali ke belakang entah mengurus apa. Dhira dan Rara duduk di atas karpet dan mengeluarkan HP untuk membunuh kebosanan.

“Gambar nya dah di cari belum Dhira? ” Tanya Lia.

“Udah tadi sama Rara sebelum kesini. Kalo menurut Lia gimana? ” Tanya Dhira meminta pendapat.

“Emm, udah bagus kok. Langsung print aja ya, satu gambar full satu lembar ya ini? ” Tanya Lia sembari membuka laptop nya.

“Iya, biar jelas gambar nya” Jelas Dhira

“Oke, bentar ya.” Ucap Lia kembali mengutak atik laptopnya.

Mereka pun mengobrol membicarakan banyak hal mengusir keheningan. Disela obrolan HP Dhira berbunyi, menandakan seseorang baru saja mengirimkan pesan. Dhira lantas membuka HP nya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Ternyata itu Dilla, teman Dhira dari kelas 9E yang ikut lomba story telling juga.

“Eh Dilla ngechat nih, dia nanya aku lagi dimana. Terus aku jawab lagi di rumah Lia buat ngeprint teks cerita sama properti.” Ucap Dhira memberitahu.

“Nah terus?” Tanya Rara

” Dia bilang dia nyusul kesini, dia juga belum ngeprint ternyata. ” Lanjut Dhira.

“Oo, iya gapapa. datang aja biar sekalian sama punya Dhira. ” Ujar Lia

“Jujur, sebenarnya aku agak kasihan sama Dilla. Dia belum ada pakaian adat buat besok, dia juga belum properti, teman sekelas nya seperti enggan membantu. Katanya ‘gak bisa bahasa Inggris’ padahal kan yang bakal ngomong pake bahasa Inggris si Dilla nya. Mereka nya cuma bantu nyiapin properti doang. Kasian tau Dilla nya” Ucap Rara kesal dengan sikap teman sekelas Dilla. Walau ia tau tidak semua teman Dilla begitu, tapi ia kesal akan sikap teman Dilla yang seolah-olah tidak peduli itu.

Dhira dan Lia yang mendengar nya pun turut kesal. Mereka akan membantu Dilla sebisanya.

Beberapa menit kemudian Dilla tiba di rumah Lia. Kebetulan properti dan teks milik Dhira sudah selesai sehingga teks milik Dilla bisa langsung dikerjakan oleh Lia.

Hening melanda mereka beberapa saat. Kehabisan topik yang bisa dibicarakan memang tidak enak.Tiba-tiba Rara menyeletuk

“Dilla, kamu sudah ada pakaian adat yang mau dipake besok? Mau aku bantuin ga? ” Tanya Rara menawarkan bantuan. Rara senang dan tidak merasa keberatan untuk membantu teman nya.

“Belum ada, tapi rencananya aku mau pakai jarik aja untuk rok nya. Tinggal atasan nya nih, aku belum ada” Ujar Dilla sedikit lesu.

“Tenang Dilla, kayaknya aku ada baju pawai pas kelas 6 dulu. Agak kecil, tapi dicoba dulu aja ya. Semoga muat sama kamu” Lia beranjak dari depan laptop dan pergi kekamar mengambilkan pakaian adat nya.

“Muat kok Lia, jadi agak naik. Tapi gapapa, yang penting ada. Makasih yaa” Ucap Dilla senang.

Dua jam tak terasa sudah terlewati di rumah Lia. Semua keperluan sudah lengkap, properti Dhira besok akan dibawa oleh Lia. Rara juga sudah pulang setelah mengantarkan Dhira pulang. Dhira fikir tak ada waktu untuk menghafalkan teks cerita malam ini. Dhira akhirnya membuka grup chat untuk mengerjakan tugas kelompok, dan pergi tidur setelahnya. Ia akan berlatih subuh nanti.

Malam berganti dengan pagi. Surya belum menampakkan diri nya. Diluar masih gelap gulita tampak tak ada beda dengan malam beberapa jam yang lalu. Dhira sudah bangun karena harus menghafalkan teks cerita nya agar bisa tampil sebaik mungkin nanti. Ia sudah menyetrika pakaian adatnya, juga sudah melaksanakan ibadah sholat subuh. Sehabis menghafal teks ia pun segera pergi mandi dan bersiap ke sekolah. Ia akan pergi dengan mengenakan baju adat dari rumah, tentunya dengan mengenakan jaket sebagai luaran karena penampilan nya akan sangat mencolok di sekolah nanti.

Benar saja saat baru saja tiba di sekolah, Dhira merasa banyak pasang mata memperhatikan penampilan mencolok nya. Ia malu sebenarnya tapi tak apa, seusai lomba nanti ia juga akan mengganti bajunya dengan baju batik sekolah karena ia juga panitia lomba puisi. Saat di kelas ia kerap diejek seperti ibu-ibu oleh anak laki-laki dikelas, namun ia berusaha tidak memperdulikan nya.

Pukul 08:00 seluruh peserta lomba di kondisikan di lapangan untuk pembukaan acara. Pembukaan acara berlangsung kira kira 15 menit. Setelah mereka dibubarkan, Dhira langsung menuju ruang lomba Story telling untuk daftar ulang dan mengambil nomor undian. Disinilah detak jantung Dhira mulai berdetak tak beraturan. Dengan tangan gemetar ia mengambil kartu paling bawah dengan harapan agar mendapat nomor undian tengah atau terakhir.

“Bismillah Dhira dapat nomor undian satu,haha” Ucap seorang peserta lain kemudian diiringi tawa panitia yang bertugas.

“Enak banget ya do’a nya. Paling juga punyamu yang nomor satu” Balas Dhira.

Ia membuka perlahan kartu nya dan terjongkok lesu. Tak habis fikir, bagaimana bisa ia mendapat nomor undian satu. Artinya ia tampil pertama dan ia baru ingat bahwa ia tak membawa properti apapun sekarang.

Tentu saja Dhira panik.

” Dhira, dapat nomor berapa? Pasti satu ahahaha” Ucap peserta yang tadi bicara.

Dhira hanya diam tidak menanggapi, Ia terlalu panik saat ini. Namun sepertinya diam nya Dhira hampir disalah artikan oleh mereka.

“Iya satu. ” Singkat Dhira akhirnya.

“Haha, gapapa Dhira aku yakin kamu bisa” Ucap Chelsea yang merupakan salah satu panitia lomba story telling.

“Duh kasian kakak nya, dapat undian pertama”

“Kakak ini kayaknya lagi ga beruntung banget ya”

“Duh, gapapa kak. Kakak pasti bisa kok. Semangat! ” Ucap orang-orang di sekitar Dhira. Dhira menanggapi nya dengan senyum seadanya.

Dhira ingat bahwa semua properti nya ada pada Lia, sedangkan Lia sudah bersiap untuk lomba yang ia ikuti yaitu lomba cerpen. Ia menghampiri Lia di depan ruang cerpen dan mengingatkannya bahwa properti Dhira ada di tas nya. Lia lupa, ia segera berlari ke gedung kelas. Dhira berusaha menenangkan diri dengan menghafal teks ceritanya, tapi percuma. Ia tidak bisa fokus. Terlebih saat ia melihat Lia kembali tidak membawa apa apa.

“Duh sebentar Dhira, aku juga terlupa. Aku bawa atau nggak ya” Ucap Lia ikut panik.

Dhira memanggil teman nya dari kelas 9B yang bernama Alfa untuk menyampaikan kepada Tiara, teman sebangu Dhira untuk membantu mencarikan properti Dhira.

Alfa pergi menuju gedung kelas meninggal kan Dhira yang kembali panik. Ia berjongkok dan menghafalkan teks ceritanya lagi. Sedikit iri melihat peserta lain yang mendapat undian terakhir, mungkin tadi ia sedang sial.

Alfa juga kembali dengan tangan kosong. Hancur sudah harapan Dhira untuk lomba. Ia sudah mengusahakan yang terbaik sampai sejauh ini, dan akan dipatahkan oleh kecerobohan nya. Ia tidak mengalahkan Lia, ia paham Lia juga susah karena memiliki banyak hal yang harus dikerjakan untuk kegiatan hari ini terlebih ia juga ikut lomba. Dhira menyalahkan diri sendiri, kenapa bisa ia ceroboh seperti ini. Memikirkan nya hampir membuat Dhira menangis putus asa.

Ditengah perasaan yang tengah kalang kabut tidak karuan, Bu Yusra datang dengan membawa bakul di tangan. Dhira rasanya benar benar ingin menangis, kali ini menangis bersyukur karena Bu Yusra membawa benda yang menurut nya sangat-sangat dapat menyelamatkan nya hari ini. Sungguh Dhira ingin rasanya memeluk Bu Yusra saat itu saking senangnya.

“Ini nak, ibu pinjamkan dari Pak Basuki. Bakul nya jangan lupa dibersihkan dulu dan kembalikan nanti di meja ibu, dan jangan lupa lakukan yang terbaik! Semangat yaa” Ucap Bu Yusra menyemangati Dhira.

” Iya Bu. Terima kasih! ” Balas Dhira dengan perasaan senang namun tidak menutupi kegugupan nya. Jangan lupa bahwa ia mendapat nomor undian pertama.

Bu Yusra kembali ke kantor setelah meminjamkan Dhira bakul.

Dhira menyemangati diri sendiri dan bersyukur kepada Allah SWT karena telah menolongnya saat ini. Dhira membersihkan bakul yang di pinjam kan oleh Bu Yusra. Ditengah kegiatan membersihkan nya, Pak Ainul datang untuk mengecek jalan nya lomba Story telling.

“Loh, belum mulai?” Tanya Pak Ainul kepada panitia lomba story telling.

“Belum Pak, masih ada lima orang lagi belum daftar ulang” Jelas salah satu panitia.

“Yaudah dimulai aja, panggil jurinya. Nanti biar nyusul yang belum daftar ulang” Ucap Pak Ainul kepada panitia kemudian berlalu menuju ruang lomba puisi.

Dhira yang mendengar percakapan tersebut semakin gugup. Dia menghirup nafas dalam-dalam. Ia sudah berlatih dan sudah berjuang sejauh ini, ia harus mendapatkan hasil yang terbaik. Dia tidak ingin mengecewakan semua orang yang sudah mendukung nya. Tak lama setelahnya, para juri dipanggil. MC mulai membaca pembukaan lomba, juga mempersilahkan nomor undian satu yaitu Dhira untuk bersiap sebelum tampil. Ruangan lomba story telling memiliki AC di dalam nya membuat suasana yang dingin menjadi semakin dingin tangan Dhira dingin dan memucat saking gugupnya.

Setelah dikira telah siap, Dhira melangkah pelan ke depan para juri. Melafalkan basmalah dalam hati dan mengucap salam kepada pada juri, lalu memulai penampilan nya. Ia tampil dengan se percaya diri mungkin, dia menggunakan bakul yang baru saja menyelamatkan penampilan nya dengan rasa syukur yang mendalam. Disaat Dhira hampir kehilangan nilai properti pada bagan penilaian, disanalah Bu Yusra datang membawa bakul yang merupakan harapan bagi Dhira. Penampilan Dhira berlangsung kurang lebih 6 menit lamanya. Dhira sudah melakukan yang terbaik, meskipun tetap ada kesalahan yang ia perbuat saat tampil tadi. Dhira hampir melupakan satu paragraf saat penampilan nya tadi, dan ia tergagap beberapa kali. Dhira menjadi pesimis dibuatnya, ia duduk di bangku di sebelah panitia guna menenangkan diri seusai tampil.

Tangannya yang dingin perlahan kembali menghangat dan merona merah. Ia duduk dan termenung sejenak memikirkan banyak hal. Chelsea memberi semangat kepada Dhira dan Dilla agar tidak pesimis.

“Apapun hasilnya nanti, kalian udah ngelakuin yang terbaik! ” Ucap Chelsea

Dhira dan Dilla mengangguk mengiyakan. Beberapa peserta yang sudah tampil duduk di depan ruangan sambil bercerita menghilangkan kegugupannya. Sampai giliran Dilla yang tampil, Dhira dan Chelsea memberi semangat menggunakan isyarat tangan yang dibalas juga oleh Dilla dari dalam. Mereka benar- benar mengusahakan yang terbaik, seperti kata Chelsea. Penampilan para adik kelas Dhira juga bagus-bagus.

Tak terasa semua peserta sudah menampilkan ceritanya masing-masing. MC sudah menutup acara lomba story telling, dan pintu ruangan ditutup karena juri akan melakukan penjumlahan nilai. Beberapa panitia tinggal disana dan beberapa orang lainnya pergi ke kantin untuk membeli makanan. Dhira, Chelsea dan Dilla juga sudah meninggalkan tempat tersebut. Mereka kembali ke kelas untuk mengambil baju ganti dan kembali ke ruang kepanitiaan masing-masing setelahnya karena mereka anggota OSIS.

Setelah usai mengganti pakaian adatnya dengan baju sekolah, Dhira langsung menuju ruang lomba puisi. Disana sudah ada Nadine, Rara dan beberapa orang lainnya. Di dalam sana juga juri sedang melakukan penjumlahan nilai sehingga mereka harus menunggu dulu diluar. 30 menit kemudian semua juri sudah kembali ke kantor dengan membawa hasil perolehan nilai. Dhira dan anggota OSIS lainnya langsung masuk ke ruang lomba puisi untuk duduk dan beristirahat sebentar, sebelum nantinya mereka akan membersihkan ruangan tersebut.

Jam kembali berputar, waktu sudah menunjukan jam mata pelajaran terakhir. Seluruh peserta lomba dikumpulkan di lapangan untuk pengumuman pemenang dan penutupan acara. Dhira kembali gugup. Dhira tentu saja berharap ia menang, namun kesalahan yang ia lakukan saat penampilannya tadi membuat ia kembali pesimis. Lia yang baris di samping Dhira menggenggam tangan Dhira mencoba menenangkan Dhira dan dirinya sendiri.

Degup jantung Dhira terus berpacu kencang saat pembacaan pemenang lomba story telling. Ia tidak termasuk kedalam juara harapan 3 sampai dengan harapan 1. Ia kembali berharap mendapat juara 1. Juara 3 diraih oleh adik kelas Dhira yang menurut Dhira pribadi penampilan nya tadi sangat bagus, begitu pula dengan juara 2 yang diraih oleh teman sebangku Dhira saat kelas tujuh dulu yang bernama Puspa. Dhira sangat mengakui pelafalan Puspa dalam bahasa Inggris sangat bagus, Puspa menyukai bahasa Inggris sama sukanya dengan Dhira. Dhira sangat berharap ia mendapat juara 1.

“Dan ini dia yang kita tunggu-tunggu! Pemenang Juara 1 dari cabang lomba Story telling dalam rangka memperingati bulan bahasa dan hari sumpah pemuda jatuh kepada nomor undian 1, Ayu Andhira Suwondo dari kelas 9A!! ” Ucap MC yang membacakan nama-nama pemenang lombanya.

“Baik beri tepuk tangan yang meriah kepada seluruh peserta lomba dan para pemenang lomba story telling kita hari ini! Terima kasih atas kerjasamanya dalam memeriahkan acara hari ini dan setelah ini akan dilanjutkan dengan pembacaan pemenang lomba puisi. Mohon kepada pemenang lomba story telling maju kedepan” Ucap MC lagi.

Dhira dengan perasaan senang bukan main, berjalan menuju tempat yang sudah disediakan. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia dapat memenangkan lomba story telling ini. Usaha nya benar-benar terbayar dengan kemenangan nya. Ia sangat berterima kasih kepada orang-orang yang sudah mendukungnya dan membantu nya. Ia bersyukur atas kemenangan nya hari ini, sungguh betapa bahagia perasaan nya saat ini. Teman-teman sekelas Dhira yang menonton dari gedung atas mengacungkan jempol kepada Dhira dan Dhira balas begitu pula.

Pengalaman berkesan ini tidak akan Dhira lupakan sampai kapan pun. Di masa kelas 9 ini, ia mendapat pengalaman sekaligus banyak pelajaran berharga yang tak terlupa. Perjuangan nya yang harus menghafal teks ceritanya dalam waktu 3 hari, Mom Mira yang bersedia memberi bimbingan nya, Bu Yusra yang datang membawa harapan dengan bakul nya, dan teman-teman Dhira, Rara, Lia, yang sudah membantunya. Dhira sangat berterima kasih kepada mereka semua, tanpa mereka ia tidak akan berdiri disini sebagai pemenang. Ini sungguh merupakan pengalaman yang sangat berarti.

 

 

 

 

 

Biodata Penulis

 

 

Nama             : Ayu Andhira Suwondo

Kelas              : IX A

Agama                       : Islam

Alamat                        : Jl. Pahlawan unit 2 Rimbo Bujang.

Asal Sekolah            : SMP N 3 TEBO

TTL                             : Sumber Harapan, 19 Januari 2007