CERPEN REMAJA BY FADHIL

fIKSI

Sulit Tak Berarti Mustahil

Bintang-bintang berkelip-kelip memancarkan cahaya. Angin berhembus pelan dan tenang membawa dinginnya udara malam. Hawa dingin dari udara ini mulai merasuki sekujur tubuh. Embun pun mulai menetes membasahi dedaunan tanaman bunga di halaman rumahku. Aku melangkah turun dari mobil dan udara dingin semakin menyelimuti tubuhku, untungnya aku memakai sweater yang mengurangi rasa dingin sehingga udara dingin tidak membuat tubuhku menggigil.

” Awan, bantu ayah turunkan barang dari mobil ” ayah memanggilku.

” Oke yah ” ucap ku.

Akhirnya malam ini aku telah pulang ke rumah setelah bepergian selama empat hari. Suasana di malam ini benar – benar membuatku merasa sangat mengantuk. Bagaimana mungkin tidak mengantuk, jarum di jam saja sudah menunjukkan angka sebelas. Rasa kantuk ini membuatku ingin tidur, tapi entah mengapa ku malah mengingat akan ada ulangan besok. Terpaksa ku menahan rasa kantuk demi belajar dan mempersiapkan diri untuk ulangan itu.

” Jangan tidur malam malam Awan!, Lanjutin belajarnya besok pagi aja takutnya besok pagi bangun kesiangan ” kata ibuku.

” Iya bu, bentar lagi aku tidur ” ucap ku.

Namaku Awan, umurku 14 tahun. Aku merupakan seorang siswa kelas sembilan Sekolah Menengah Pertama. Pagi ini hawa dingin menusuk kulitku dan membuatku merasa kedinginan. Aku harus mandi tapi air pasti akan terasa sangat dingin pagi ini, karena hari ini sekolah aku segera mengambil handuk dan mandi pagi. Setelah mandi dan memakai seragam batik, aku mempersiapkan buku dan peralatan tulisku kemudian kumasukkan kedalam tas.

” Sarapannya sudah ibu siapkan di atas meja nak ” ucap ibuku dari arah dapur.

” Baik bu, aku kesana ” jawab ku.

Setelah sarapan aku bergegas mengeluarkan motor dan mengambil tas ku karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Aku berpamitan dengan ibu dan ayahku, kemudian segera berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, aku segera memarkirkan motorku. Tak banyak motor yang berada di parkiran. Aku segera berjalan ke kelas setelah memarkirkan motor. Saat ini aku merupakan siswa SMP kelas sembilan. Kelasku berada di tingkat dua yaitu kelas 9A, aku suka berada di depan kelas karena dapat melihat kelas kelas lain yang berada di bawah dan merasakan hembusan angin.

” Woy Awan dah pulang aja ” temanku menyapa.

” Ya iyalah, masa harus pergi mulu ” jawabku.

” Hehe canda doang, oleh-olehnya dibawa kaga? ”

” Ga ada beli oleh-oleh aku, hehe ”

Saat kami selesai mengobrol, aku masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi ku. Tak lama setelah itu guru masuk ke kelas, dan kami melakukan kegiatan pelajaran. Di mata pelajaran ini aku melaksanakan ulangan. Aku bersyukur soal yang diberikan tidak terlalu sulit.

” Awan !! ” Pelangi memanggilku.

” Iya, kenapa? ” jawabku.

” Kan mau ada lomba di smanda, kamu mau ikut ga? ”

” Lomba apa? ”

” Lomba sains, ada bidang matematika, IPA, sama IPS. Kamu ikut di bidang matematika ya! ”

” Iya deh aku ikut, kamu mau ikut lomba apa? ”

” Aku bakalan ikut IPA ”

Setelah itu aku diajak oleh temanku ke kantin untuk membeli makanan, karena sekarang adalah waktu istirahat. Istirahat di sekolahku hanya selama 15 menit, itu merupakan waktu yang sangat singkat menurutku.

Keesokan harinya aku dipanggil oleh wali kelasku di kantor, temanku yang memberitahukannya. Aku segera keluar dari kelas dan datang menemui wali kelas yang memanggilku. Aku tau jika ibu itu ingin memberikan ku laporan penilaian tengah semester yang lalu.

” Awan ! ” aku dipanggil.

” Iya bu ” jawabku.

” Kamu ga butuh ini? ” ucap wali kelasku sambil memegang buku lapor milikku.

” Butuh bu ” aku menjawabnya.

” Waktu itu pas pembagian lapor kemana? ”

” Sedang pergi dengan orangtua saya bu ”

” Lalu kemarin kemana, kenapa tidak diambil ”

” Waktu itu saya lupa bu ”

” Ya sudah ini lapornya , lain kali jangan begitu ya ”

” Baik, terimakasih bu ”

Beberapa hari berlalu, malam ini aku sedang berada di rumah temanku. Aku sedang menunggunya bersiap-siap, kami akan sholat bersama di mushola yang letaknya tak terlalu jauh dari rumahku, jika berjalan mungkin hanya butuh waktu 2 menit untuk sampai kesana.

” Awan masih jam tujuh nih ”

” Iya, emang kenapa? ”

” Mushola nya masih sepi, isya kan masih lama ”

” Iya juga ya ”

” Mau mabar bentar ga ? ”

” Yok lah ”

Kami memainkan game bersama sambil menunggu waktu isya datang. Setelah aku selesai bermain dengannya, ada notif chat whatsapp dari handphone milikku. Aku ingin mengecek dari siapa chat itu namun terdengar suara adzan.

” Allahu akbar…allahu akbar “.

Aku tidak jadi membuka handphone ku dan segera pergi ke mushola bersama dengan temanku. Sesampainya di mushola, aku segera wudhu dan melaksanakan solat berjamaah. Sesudah kami sholat berjamaah, aku mengantar temanku pulang dan segera pulang ke rumah.

” Bulannya indah juga ya ” gumamku yang sedang melihat bulan purnama di langit malam ini.

” Oo iya, tadi ada chat yang blum ku cek ”

Aku segera membuka handphone ku dan melihat siapa yang mengirim chat ke diriku di whatsapp. Aku tidak tau siapa yang mengirim chat karena aku tidak menyimpan no nya.

” Assalamualaikum nak, tolong besok dibawa buku lapornya nya untuk pendaftaran lomba ya nak ”

” Baik bu ” balasku di whatsapp. Rupanya yang mengirim pesan itu ialah seorang guru disekolahku.

Malam berlalu dengan cepatnya dan matahari pagi telah muncul dengan cahayanya. Aku melakukan kegiatan yang sering kulakukan setiap pagi, yaitu mempersiapkan buku-buku untuk pelajaran hari ini. Tak lupa pula aku memasukkan buku lapor milikku ke tas.

” Bu, aku berangkat sekolah dulu ya ” aku berpamitan dengan ibuku.

” Iya nak, buku lapornya dah dibawa? ” ucap ibuku.

” Udah kok bu ” jawabku.

Aku segera pergi sekolah dengan mengendarai motor. Sesampainya di sekolah aku belajar seperti biasanya. Ketika waktu istirahat pertama dimulai aku dipanggil oleh guru ke kantor untuk pendaftaran lomba. Ada enam orang siswa dari sekolah kami yang akan mengikuti lomba itu yaitu aku, Nara, Vian, Setyo, Dita, dan Pelangi. Kami membidangi lomba yang berbeda, aku mengikuti lomba matematika, Nara dan Pelangi bidang IPA, Vian, Setyo, dan Dita bidang IPS. Kami melakukan pendaftaran secara online menggunakan handphone yang dibawa masing-masing.

” Nak, foto lapornya yang semester satu dan dua ya ” ucap guru yang membantu kami.

” Iya bu ” jawabku.

Setelah melakukan pendaftaran secara online, aku segera kembali ke kelas. Suasana kelas terasa ramai karena sedang tidak ada guru yang masuk atau biasa kami sebut jamkos ( jam kosong ).

” Oy Dit, Kita ga dikasih tugas ni ? “.

” Ga dikasih kok, santai aja “.

” Oke “.

Masih tersisa banyak waktu untuk belajar. Setelah pulang sekolah aku segera pulang ke rumah dan istirahat di kamarku. Sesudahnya aku duduk di meja belajar dan mencari buku-buku pelajaran matematika dari kelas tujuh sampai sembilan. Aku bingung karena tak menemukan buku dari kelas tujuh dan delapan.

” Ibu tau dimana buku matematika kelas tujuh dan delapan ku ga? ” aku bertanya kepada ibuku dari dalam kamar.

” Ibu taruh di lemari nak, coba dicari ” ibuku menjawabnya.

” Baik bu ” jawabku.

Hari demi hari berlalu. Sekarang hari terakhir sebelum diadakannya lomba itu. Aku merasa takut akan gagal mengerjakan soal soal di lomba esok hari, begitu juga teman temanku yang mengikuti lomba itu. Tak ada yang bisa kulakukan di malam ini selain belajar dan berdoa.

Matematika merupakan salah satu mapel yang tidak disukai para siswa. Alasan mereka tidak menyukainya mungkin karena pelajaran dan perhitungan yang sulit. Sulit bukan berarti mustahil kan. Itulah alasanku mau mengikuti lomba matematika ini.

Malam telah berganti menjadi pagi. Pagi ini matahari bersinar cerah tidak terlihat awan yang gelap. Seperti pagi hari yang biasanya aku selalu bersiap siap sebelum pergi sekolah, tetapi hari ini berbeda, karena aku akan mengikuti perlombaan itu hari ini.

” Bu aku pergi ke sekolah dulu ya. ” Aku berpamitan dengan ibuku.

” Ya nak, hati hati dijalan. Semoga lancar lomba nya. ”

” Iya bu, makasih ”

Ya sesampainya aku di kelas aku segera duduk di kursiku. Aku.mengeluarkan lembaran lembaran kertas soal dengan cara penyelesaiannya. Salah seorang teman datang ke meja ku.

” Itu apaan wan ? ” dia bertanya kepadaku sambil melihat kertas yang pelajari.

” Oo ini materi lomba nanti ” jawabku.

” Susah banget kayanya, banyak angka buat pusing ” .

” Hahaha emang susah ni soal soal nya “.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.45. Lima belas menit lagi acaranya akan dimulai. Aku dengan teman temanku keluar dari kelas dan segera ke parkiran motor.

” Oy gimana ni? Gerbangnya ketutup ”

” Coba cari kuncinya sama pak satpam ”

” Oke ”

Pak satpam datang dan membukakan pintu gerbang untuk kami. Aku naik motor bersama Setyo, Nara dengan Vian, Dita dengan Pelangi. Kami berenam pergi ke SMA 2. Lomba itu diadakan oleh SMA 2 dalam rangka ulang tahunnya. Kami pergi kesana dengan motor tanpa ada guru dengan kami. Sesampainya disana kami memarkirkan motor. Dita dan Pelangi berjalan lebih dulu dan meninggalkan kami.

” Eh ini kita harus kemana dulu ? ” aku bertanya ke temanku.

” Gatau juga, kita ditinggal ama mereka ni ” jawab Setyo.

” Coba tanya ama bapak yang disana ” ucap Vian.

Kami segera berjalan ke arah bapak yang ada di lorong.

” Pak, boleh tanya ? ”

” Tanya apa nak? ”

” Lombanya mau diadakan dimana pak? ”

” Di kelas atas sana nak. ”

” Oke makasih pak. ”

Sesudah bertanya dengan bapak yang tadi kami berjalan ke kelas di atas.

” Eh tadi bukannya si Pelangi ama Dita ke aula ya? ” ucapku.

” Kayanya iya tapi tadi kata bapaknya suruh ke sini ” jawab si Vian.

Salah seorang guru memanggil kami.

” Kalian mau kemana nak?, siswa yang ikut lomba ke aula dulu. ”

” Oo oke pak. ”

Kami berjalan ke aula dan aku melihat banyak orang yang berada di depannya untuk mengambil kartu nama dan absen. Aku dan teman temanku mengantri lumayan lama. Saat teman temanku sudah selesai mengambil kartu nama dan absen, aku masih mengambil kartu nama itu.

Sesudah mengambil kartu itu, ku segera memasuki aula itu. Ruangannya lumayan luas dan terdapat beberapa kipas di dinding-dindingnya. Terdapat banyak kursi yang disiapkan, aku jadi bingung ingin duduk di sebelah mana. Aku memilih kursi yang dekat dengan temanku lalu duduk di kursi itu.

Di depan ruangan ini terdapat proyektor yang menyala dan seorang guru yang merupakan panitia acara ini.

” Vian, ini kita lagi ngapain? ”

” Ini lagi ada kuis pakai hp ”

” Gimana cara ikutnya? Aku mau nyoba ”

” Buka aja link yang dikirim di grup tu ”

” Oo gituu, oke oke ”

Aku segera membuka website kuis itu. Tak lama kemudian, guru yang menjadi panitia acara itu menghitung batas waktu untuk masuk ke kuis itu

” Tiga… ”

” Dua… ”

” Satu… ”

Hah untung saja aku sempat mendaftarkan namaku untuk kuis itu. Meskipun itu hanya acara pembukaan lomba, tetap saja ku tak mau ketinggalan mengikutinya. Terdapat sepuluh soal dalam kuis ini. Penilaiannya dengan menjawab cepat dan benar mendapat poin yang lebih tinggi.

Aku berhasil menjawab delapan pertanyaan dengan benar dan aku mendapatkan poin tertinggi diantara peserta lain yang mengikuti kuis ini.

Aku dipanggil ke depan dengan dua orang lainnya. Aku tak menyangka akan mendapatkan hadiah. Meskipun aku tau isinya hanyalah makanan ringan.

Sesudah acara kuis tadi terdapat acara pembukaan oleh kepala sekolah dan ketua osis SMA 2. Setelah acara pembukaan tadi kami per mapel dikumpulkan dan diarahkan ke ruangan tempat perlombaan itu dimulai.

Aku masuk ke ruangan dan terdapat nama di atas meja meja itu. Aku berkeliling mencarinya, dan menemukan bahwa aku duduk di meja depan. Tersedia tablet di setiap meja. Kami melakukan lomba ini secara online.

Soal akan bisa dibuka saat pukul sembilan, aku harus menunggu sepuluh menit lagi untuk bisa mengerjakan soal soal itu. Aku merasa ngantuk karena tadi malam belajar dan tidur malam.

” Hah masih lama ya ” ku berbicara dalam hati.

Sepuluh menit berlalu dan sekarang soal soal itu dapat dibuka. Kami diberikan kertas sebagai coretan.

” Ada yang blum bisa buka soalnya ? ” tanya salah seorang kakak pengawas.

” Saya blum kak ” jawab seseorang yang ada di belakangku.

Karena soal sudah ada, aku segera melihat melihat soal itu terlebih dahulu. Terdapat tiga puluh lima soal di perlombaan matematika ini. Aku mengerjakan soal soal yang mudah terlebih dahulu.

” Astagfirullah, Ni soal apaan susah banget, untungnya ada yang kejawab ” ucap diriku sendiri.

Aku melanjutkan mengerjakan soal itu. Waktu yang tersisa sekarang tinggal satu jam, aku sudah menghabiskan satu jam sebelumnya untuk menjawab soal matematika itu. Karena lumayan banyak soal yang belum dikerjakan, aku mencarinya terlebih dahulu.

” Hmm ini gimana ya ” ucapku melihat soal geometri.

Teman teman yang sudah menyelesaikan soal ini sudah pada keluar. Tersisa ku seorang diri, suasana kelas menjadi hening. Waktu terus berjalan, namun aku masih belum bisa mendapatkan jawaban dari delapan soal tersisa.

” Apakah aku harus menggunakan jurus rahasia itu ” aku bertanya ke pada diriku sendiri.

Aku akhirnya menggunakan cara itu, yaitu memilih jawaban secara acak dengan menggunakan feeling ku. Akhirnya aku dapat menyelesaikan soal soal matematika yang sulit itu.

” Dek ” aku dipanggil oleh seorang kakak pengawas.

” Iya kak? ” jawabku sambil bertanya tanya.

” Pengumuman hasil lombanya ada di Instagram OSIS Smanda “.

” Oke kak, makasih infonya “.

Sudah tak ada yang bisa kulakukan sekarang, jadi aku segera berkeliling dan melihat apakah temanku sudah ada yang selesai. Mereka masih fokus mengerjakan soal soal itu.

Aku duduk di depan kelas dan menunggu mereka sambil memainkan handphoneku. Dua puluh menit berlalu, Nara dan Pelangi keluar dari ruangannya.

” Kalian bisa ngerjainnya ” tanyaku.

” Ada yang bisa ada yang ngga “.

” Oo gitu, soal kalian ada berapa? Soal ku cuma tiga puluh lima “.

” Kami ada lima puluh soal “.

Kami menunggu Vian, Setyo, dan Dita. Di dalam ruangan lomba Ilmu Pengetahuan Sosial hanya tersisa mereka saja. Waktu masih tersisa tiga puluh menit, kemudian Pelangi mengajak kami berkeliling SMA ini.

Tiga puluh menit sudah berlalu mereka sudah keluar dari ruangannya. Kami segera pulang ke SMP kami yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tebo. Sesampainya di sana kami pergi ke kelas masing masing.

Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa. Jam mata pelajaran pertama yaitu olahraga. Guru kami tidak masuk ke kelas. Kami bermain main di kelas menikmati waktu jamkos ini.

” Wah Awan ama Pelangi menang lomba itu ” aku mendengarkan suara dari temanku yang terdengar kurang jelas.

” Ha, apaan woy ? ” tanyaku.

” Kamu ama Pelangi menang ? ” jawab Setyo.

Aku bersyukur dapat memenangkan lomba itu, ternyata usahaku membuahkan hasil juga. Rupanya memang benar, tak ada yang mustahil di dunia ini. Yang perlu dilakukan hanyalah mencoba dan melakukannya.

 

 

Tamat

BIODATA PENULIS

 

Nama : Fadhil Kurniawan

Kelas : IX A

Agama : Islam

Hobi : Membaca

Alamat : Jalan 30 Unit 1 Rimbo bujang

Tempat Tanggal Lahir : Tebo, 19 Juni 2007

Cita-Cita : Dokter